Spelade
-
"Siapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan siapa menggelindingkan batu, batu itu akan kembali menimpa dia." (Amsal 26:27)
Renungan:
Sikap gila hormat dan ingin diperlakukan secara istimewa, bisa membuat hati orang menjadi panas serta melakukan tindakan yang tidak benar, jika ia tidak diperlakukan sebagaimana yang ia harapkan. Inilah yang terjadi pada Haman, seorang yang diberi kedudukan di atas semua pembesar Raja Ahasyweros. Ia dikaruniai kebesaran oleh raja dan semua pegawai raja harus berlutut dan sujud kepadanya. Tetapi karena Mordekhai, paman Ester, tidak mau berlutut dan bersujud, maka ia menyetujui untuk membuat tiang gantungan bagi Mordekhai. Dengan berbagai cara ia berusaha untuk dapat menyulakan Mordekhai. Namun pada akhirnya, ia sendiri yang disulakan pada tiang gantungan yang dibuatnya, sedangkan Mordekhai dipermuliakan.
Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari kisah di atas. Pertama, jangan merencanakan yang jahat bagi sesama. Kebencian ataupun iri hati dapat mendorong orang untuk merencanakan yang jahat atau yang merugikan sesama. Tetapi ketahuilah bahwa Tuhan tidak akan pernah tinggal diam. Mungkin tidak seorang pun yang tahu rencana jahat apa yang ada di dalam hati kita, tetapi Tuhan yang maha tahu mengetahui segala yang tersembunyi dalam hati kita. Ketika kita mulai merencanakan yang jahat bagi sesama, maka sebenarnya saat itu juga kita sedang merencanakan yang jahat bagi diri kita sendiri. Oleh karena itu jangan pernah merencanakan yang jahat bagi sesama, sementara sesamamu itu sendiri tidak curiga apa-apa terhadapmu (Amsal 3:29). Kedua, perbuatlah seperti apa yang engkau ingin orang lain perbuat terhadapmu. Salah satu kelemahan kita sebagai manusia adalah selalu memikirkan diri sendiri. Sikap yang berpusat pada diri sendiri inilah yang kemudian mendorong orang untuk melakukan apa yang akan mendatangkan kebaikan dan keuntungan bagi dirinya sendiri, tanpa memikirkan kebaikan atau keuntungan bagi orang lain. Firman Tuhan mengingatkan kita dalam Injil Matius 7:12a, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."
Jangan pernah lupa bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Jika seseorang menabur yang baik, maka ia pun akan menuai yang baik. Sebaliknya jika orang tersebut menabur yang jahat, maka ia akan menuai yang jahat pula. Itu sebabnya, selama masih ada waktu untuk menabur yang baik, taburlah yang baik agar kita menuai yang baik. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, lepaskanlah kemarahan, kedengkian dan iri hati dalam hatiku sehingga aku telah merencanakan yang jahat untuk seseorang yang telah mengecewakan aku. Bebaskan aku dari rasa itu semua dan gantikanlah dengan pengampunan dan niat baik, agar semua yang baik akan datang bersahabat denganku. Amin. (Dod).
-
"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah." (Mazmur 16:7-8)
Renungan:
Suatu ketika ada seorang ibu muda berjalan-jalan di tepi pantai untuk menikmati keindahan matahari pagi di musim gugur. Ia mencari kulit kerang yang bagus untuk menambah koleksinya. Pagi itu hanya ia sendiri yang mencari kulit kerang. Ia terus mencari kulit kerang yang indah, tetapi tidak menemukannya, bahkan ia tidak menemukan satu pun kulit kerang yang utuh. Ia hanya menemukan banyak serpihan kulit kerang. Ia tidak tahu apakah ombak akan membawa serpihan-serpihan kulit kerang itu kembali ke laut. Dalam kesunyian, hatinya berbicara bahwa hidupnya bagaikan serpihan-serpihan kulit kerang ini. Dulu keluarganya seperti sebuah kulit kerang yang utuh dan indah, tetapi tiba-tiba ombak yang besar menghanyutkan dan menghempaskannya ke batu karang, sehingga kekuarganya menjadi seperti serpihan-serpihan kulit kerang tersebut. Pernikahannya berakhir dengan perceraian.
Ia tetap berjalan menyusuri pantai itu sambil mengintrospeksi diri. Tiba-tiba sebuah ombak yang tenang dan kecil menyapu pantai dan mengantarkan sebuah kulit kerang indah yang utuh di atas kakinya. Ia memungutnya, kemudian hatinya mengakui betapa sempurnanya Tuhan membentuk kulit kerang itu. Ia menyadari bahwa di antara serpihan-serpihan kulit kerang, Tuhan masih menyimpan dan memberikan kulit kerang yang utuh untuk mengingatkannya bahwa Tuhan mampu memulihkan keadaannya. Di dalam hatinya ia berkata, "Pada saat yang indah, yaitu pada waktu-Nya, Tuhan akan memulihkan keluargaku. Daripada aku terus berkubang dalam penyesalan yang tidak berguna, lebih baik aku mengerjakan apa yang menjadi bagianku dan meminta Tuhan mengerjakan bagian-Nya. Aku memang sudah tidak hidup bersama suamiku lagi, tetapi aku masih memiliki Tuhan dan dua orang putra yang beranjak remaja. Aku tidak mau menyia-nyiakan waktu yang berharga ini. Aku akan bangkit bersama kedua putraku. Kami akan minta Tuhan membangun keluarga yang baik dari apa yang kami miliki." Pelajaran indah yang ditemukannya pagi itu adalah: Jika ia menghentikan teriakan, sungut-sungut dan kemarahannya, baik terhadap orang lain maupun terhadap Tuhan, maka hatinya akan terlatih peka untuk mendengar suara Tuhan yang lembut.
Alangkah indahnya ketika kita menyadari bahwa lewat sebuah peristiwa Tuhan sedang berbicara kepada kita. Sebenarnya Tuhan sering berbicara kepada kita, mungkin hati kita yang kurang peka mendengar suara-Nya. Lalu bagaimana kita bisa peka mendengar suara-Nya? Kita harus meluangkan waktu untuk lebih banyak membaca firman-Nya, lebih tekun berdoa, tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan membuang semua sungut-sungut dan dendam. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, sekalipun dunia meninggalkan aku, aku mohon pada-Mu, tetaplah selalu ada untukku, karena hanya Engkaulah andalanku. Amin. (Dod).