Avsnitt

  • Surah Al-Insyiqaq adalah surah ke-84 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 25 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah Al-Infitar. Dinamai Al Insyiqaaq, diambil dari perkataan yang terdapat pada permulaan surat ini, yang pokok katanya ialah insyiqaaq.

  • Saknas det avsnitt?

    Klicka här för att uppdatera flödet manuellt.

  • surah Al-infitar adalah surat yang ke-82, terdiri dari 19 ayat, terdapat pada juz ke-30 atauJuz ‘Amma dan termasuk kedalam golongan surah Makkiyyah karena turun di kota Mekah.

    Surah Al Infithar ini diturunkan setelah surah An-Nazi’at.

    Asbabun Nuzul Al Infithar Ayat 6-7:
    Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah bahwasanya Ubay bin Khalaf adalah salah seprang penentang Rasulullah yang medustakan hari Pembalasan. Lalu, Allah menurunkan ayat ini sebagai peringatan keras bagi dirinya yang selalu menyombongkan diri. (Lubabun Nuqul: 209)


  • Surah
    Ini adalah surah yang ke-81, terdiri dari 29 ayat, terdapat pada juz ke-30 dan termasuk kedalam golongan surah Makkiyyah karena turun di kota Mekah.

    Keutamaan Surah At Takwir:
    Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang ingin melihat hari Kiamat seakan dia melihat secara langsung, bacalah surah at Takwir, Al Infithar, dan Al Insyiqaq.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim)


  • Secara umum surah ini dinamakan dengan surah “‘Abasa”, meski memiliki nama lain semisal Ibnu ‘Arabi menamai dengan surah “Ibnu Maktum”, atau dalam syarh kitab Shohih Bukhori dinamai dengan surah “Al-Safarah” dan lain sebagainya. Ayat ini turun setelah surah al-Najm dan sebelum surah al-Qadr. Dikategorikan Makkiyah karena turun di Makkah.

    ุนูŽุจูŽุณูŽ ูˆูŽุชูŽูˆูŽู„ู‘ูŽู‰ (1) ุฃูŽู†ู’ ุฌูŽุงุกูŽู‡ู ุงู„ุฃูŽุนู’ู…ูŽู‰ (2) ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูุฏู’ุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ู‡ู ูŠูŽุฒู‘ูŽูƒู‘ูŽู‰ (3) ุงูŽูˆู’ ูŠูŽุฒู‘ูŽูƒู‘ูŽุฑู ููŽุชูŽู†ู’ููŽุนูŽู‡ู ุงู„ุฐู‘ููƒู’ุฑูŽู‰ – 4

    Ibnu Ummi Maktum nama aslinya adalah ‘Abdullah, ada juga yang berpendapat namanya ‘Amr. Disebut Ummi Maktum dikarenakan dia terlahir dalam keadaan buta. Ibunya berasal dari Bani Makhzum dan ayahnya berasal dari Bani ‘Amir. Ia termasuk dari sahabat nabi yang awal masuk Islam dan ikut serta saat peristiwa hijrah ke Madinah.

    Abdullah bin Ummi Maktum berhasil mencuri perhatian Allah Swt. Terbukti dengan diturunkannya surah ‘Abasa yang disebabkan oleh dirinya. Kejadiannya yaitu saat di Makkah, Nabi sedang bersama pembesar Quraisy untuk berdiskusi, diantara mereka ada Abu Jahl, ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Abas bin Abd al-Muthollib, dan Walid bin Murighah.

    Harapnnya dengan diskusi tersebut mereka tercerahkan dan bisa masuk Islam.
    Disaat nabi sedang berdiskusi, Abdullah bin Ummi Maktum datang, dan meminta diajarkan tentang Islam. Ucapan itu ia sampaikan berkali-kali. Hal itu membuat Nabi memandanganya dengan tatapan tidak senang karena percakapannya jadi terputus.

    Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya al-Muwaththa’ dari Urwah dari ayahnya, bahwa surah ini tertuju pada seorang sahabat bernama Ibnu Ummi Maktum yang pada saat itu mendatangi Rasulullah Saw. untuk meminta petunjuk terkait Islam. Namun, posisi Rasulullah ketika itu sedang bersama dengan pembesar Quraisy sehingga mengacuhkan Ibnu Ummi Maktum. Thabari mengatakan sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa ketika itu Ibnu Ummi Mamtum hendak membacakan ayat Alquran dihadapan Nabi.

    Acuhnya Nabi terhadap Abdullah bin Ummi Maktum kemudian mendapat teguran dari Allah pada ayat ke 3-4 dalam surah ini. Maksud dari ayat 3-4 adalah, Seandainya nabi mengetahui tujuan dari Abdullah bin Ummi Maktum yang meminta diajarkan Islam dan didengar bacaan ayat Alquran, ternyata itu lebih besar manfaat bagi dirinya dan lebih baik untuknya.

    ๏ฟผ

    ุงูŽู…ู‘ูŽุง ู…ูŽู†ู ุงุณุชูŽุบู’ู†ูŽู‰ (5) ููŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู„ูŽู‡ู ุชูŽุตูŽุฏู‘ูŽู‰ (6) ูˆูŽู…ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุงูŽู„ุงู‘ูŽ ูŠูŽุฒู‘ูŽูƒู‘ูŽู‰ (7) ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุฎู’ุดูŽู‰ (8) ููŽุฃูŽ ู†ู’ุชูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุชูŽู„ูŽู‡ู‘ูŽุง (10)

    Pada ayat ke lima kata “istaghna” ditujukan pada orang-orang Qurasy yang “merasa cukup”. Bukan cukup terhadap harta, akan tetapi maksudnya adalah mereka tidak memerlukan hidayah. Dan saat itu, nabi sendiri sedang berfokus melayani mereka (orang quraisy).

    Sedangkan saat itu pula, ada seseorang (Abdullah bin Ummi Maktum) yang membutuhkannya, orang yang ingin membersihkan dirinya, dan takut pada Allah. Namun diabaikan. Maka ayat 6-10 juga merupakan bentuk teguran Allah pada Nabi Muhammad Saw.

    Terlepas dari hal ini, Thahir bin ‘Asyur menegaskan bahwa teguran Allah merupakan bentuk “ta’limiyah”, yaitu pendidikan pada Nabi Muhammad Saw. ketika menghadapi dua situasi yang berbeda. Dimana dalam ayat ini, Nabi dihadapkan dengan orang kafir untuk didakwahkan, dan pada orang muslim yang ingin lebih didekatkan pada Islam.

    Dalam situasi ini, penting untuk mendahulukan orang muslim yang ingin mendalami Islam, daripada mendakwahkan orang kafir yang angkuh terhadap Islam.

    Karena menambah keimanan seorang Muslim dapat memperkokoh persatuan. Sedangkan mendakwah orang kafir yang acuh, hanyalah kesia-siaan dan tidak mendatangkan kebaikan dari mereka.

    Namun akan berbeda halnya, apabila mereka (orang kafir) yang masih bersedia mendengarkan ajaran Islam, yang masih ada harapan hidayah dan kebaikan untuk diterima.

    Ini Penjelasannya

    Hikmah dari ayat ini menurut Ibnu ‘Asyur adalah kita diajarkan melalui kisah ini untuk tidak memalingkan diri pada orang-orang yang membutuhkan. Dan tidak meremehkan orang tersebut meski ia memiliki kekurangan.

    Mendahulukan orang muslim yang

  • Surah An-Nazi’at adalah surah ke-79 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 46 ayat. Dinamakan An Naazi’aat yang berarti Malaikat-malaikat yang mencabut berasal dari kata An Naazi’aat yang terdapat pada ayat pertama surat ini

  • Surat An Naba' artinya berita besar. Nama An Naba diambil dari ayat kedua pada surat ini. Surat ini terdiri dari 40 ayat dan tergolong surat Makkiyah.

    Dalam buku Al Quran Terjemahan Depag PDF Interactive karya Nafan Akhun, pokok-pokok isi surat An Naba yakni pengingkaran orang-orang musyrik terhadap adanya hari kebangkitan dan ancaman Allah atas siksaan untuk mereka.

    Terdapat pula peristiwa-peristiwa hari kebangkitan, azab yang diterima orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah serta kebahagiaan yang diterima orang-orang mukmin di hari kiamat, serta penyesalan orang-orang kafir di hari kiamat. Disebutkan, bagi yang sedang merasa kesulitan untuk membaca surat An Naba. Meski setiap umat harus bersikap sabar ketika mendapatkan kesulitan.