Avsnitt
-
Halo pendengar! Pasti lagi sama gadget?! Btw.. Ga takut nih kebijakan privasi terbaru WA? Atau jangan-jangan udah pindah ke Telegram? Upss.. Hehe.. Okay.. Di episode kali ini, Milamelala bersama Mas Bayu mencoba menyoal rutinitas kita, bersosial media. Obrolannya dimulai dengan sebuah pemantik: film dokumenter berjudul “The Social Dilemma”. Sambil haha hihi kami bahas bagaimana persuasive technology dan surveillance capitalism merajarela di jagad sosial media dan bagaimana menanggapi paradoks kemajuan teknologi tersebut. Yuk dengerin! Selamat mendengar lebih~
-
Kali ini 'Obrolan Warkop' kami mengupas eksistensi Warkop di sekitar kita. Lagi-lagi bersama Mas Bayu, kami kami ngobrol bagaimana warkop hadir, berperan, menjadi indikasi banyak fenomena sosial, ekonomi, hingga (mungkin) politik. Kita, bagi yg nongkrong, telah tumbuh bersama Warkop tapi bagaimana dengan warkop itu sendiri? Apakah akan hilang atau bertransformasi? Selamat mendengar lebih~
-
Saknas det avsnitt?
-
Siapa sih yang gak resah selama pandemi ini?? Kapan pandemi berakhir? Kapan punya rumah sendiri? Kapan nikah? Kapan punya anak? Dst dst dst seakan-akan gak habis rentetan hal yang kadang kepikiran dan ujung-ujungnya bikin resah. Kali ini, kami ngobrol bareng sosiolog panutan sejagat bernama Bayu A. Yulianto, atau akrab disapa Mas Bayu. Wkwkwkwk bersama beliau, kami jadi menilik sebetulnya apa yang menyebabkan rasa rentan atau insekyur??? Selamat mendengar lebih!!
-
Ngomongin tentang program konservasi biasanya tidak lepas dari masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi program itu. Pelibatan masyarakat ini dapat menjadi pendorong agar program konservasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan goal yang ingin dicapai. Dalam Ngobrol Warkop ini, kami berdiskusi dengan Rahayu Oktaviani atau lebih akrab dipanggil Kak Toa (guardian of Owa Halimun galaxy ) yang rutin melaksanakan pendidikan konservasi di halimun dan Sari Ramadhan yang Kamilun sering panggil Gembul (dari FFI Indonesia Raja Ampat Project(?)) yang aktif mendampingi masyarakat di Raja Ampat tentang pengalaman mereka dalam menjalankan program konservasi yang melibatkan masyarakat. Selamat mendengarkan! Btw kali ini hostnya bukan Wawekk~~~ Wohooooo~!!
-
Seperti yang sering kita dengar, kampanye mengenai sawit hampir selalu tentang ketidakramahannya pada lingkungan. Sering kali isu-isu yang diangkat adalah bagian dari agenda perang dagang dari produsen minyak nabati lain seperti canola, sunflower dan lain sebagainya (padahal sebagian besar negara penghasil minyak-minyak tersebut juga sudah lebih dulu ‘menebang’ hutannya). Sertifikasi, lalu menjadi syarat untuk membuktikan produk sawit ramah lingkungan sehingga dapat dijual di pasar ‘luar negeri’.
Terlepas dari soal lingkungan, kelimpahan hasil minyak sawit yang menumpuk masih jarang menjadi bahasan khalayak. Mungkinkah sawit berpotensi menjadi sumber energi terbarukan?
Ngobrol Warkop kali ini mengundang Mas Ichan (M. Faesal Rahman Khakim), orang di belakang layar yang menangani komplain mengenai sawit, dan Mba Senyo (Latifa Seniorita) kandidat PhD yang peneliti energi terbarukan.
Selamat mendengar lebih!! -
Konservasi dan hukum mau tidak mau harus bersinggungan. Bagi sebagian orang berlatar belakang konservasi dan lingkungan, hukum sepertinya ‘barang asing’ yang sulit sekali dipahami. Padahal sebenarnya hukum bisa jadi media yang sangat kuat memperjuangkan objek konservasi/lingkungan.
Sebaliknya orang hukum yang menaruh perhatian pada lingkungan juga ternyata meraba-raba pemahaman para pegiat konservasi/lingkungan yang seringkali sulit diterjemahkan ke dalam dalil hukum.
Mungkinkah jarak pemahaman tersebut bisa diperpendek sehingga advokasi konservasi/lingkungan lebih progresif?
Kali ini di Ngobrol Warkop kami nongkrong bersama Rika Fajrini (Ahli Hukum Lingkungan), Yanuar IDC (FFI Indonesia), dan Bagus C. Hermawan (Balio Mager Institute) dan berdiskusi intens mengenai hukum dan lingkungan. Selamat mendengar lebih!! -
Sebagai orang yang berkecimpung dengan nutrisi tanah, Wawe penasaran dengan proses pertanian hidroponik dan organik. Apa permasalahan pertanian konvensional? apa solusi yang ditawarkan oleh pertanian hidroponik dan organik? Apa betul pupuk sintetis tidak lebih baik dari pupuk organik???? Bersama dua orang yang berkecimpung di dunia pertanian dan hidroponik, kami ngobrol santai bahas tentang serba-serbi hidroponik mulai dari nutrisi hingga pasarnya.
-
Di Ngobrol Warkop kali ini, Kamilun dan Wawe janjian sama Dindadeys, seorang Program Officer yang berkecimpung di dunia satwa liar, buat obrolin satwa yang udah gak liar-liat amat dan nasibnya selama pandemi. Udah mah gak liar, saingan cari makannya sama kaum urban, mesti gimana dong?
-
Waktu masih SD, Kamila disuruh om-nya menonton satu film kartun yang panjang berbahasa Jepang. Judulnya Pompoko. Film nya lucu, tentang rakun yang bisa berubah, begitu kesan yang muncul 15 tahun lalu. Tentu saja saat ditonton sekarang2 ini interpretasinya jauh berkembang. Film konyol yang gemay ini berubah jadi penuh makna dan filosofi. Tentu saja, Kamila menghasut Wawe nya untuk ikut nonton dan tenggelam. Ternyata penggambaran film animasi yang tidak terbatas bisa menyodorkan ide yang tetap relevan hingga puluh tahun setelah dia dibuat. Kalau kamu mendengar episod ini, semua interlude dan musik adalah bagian dari ost film Pompoko~! Selamat menonton, eh mendengarkan!
-
Rikho Jerikho adalah bayangan ideal Kamila atas cita-citanya waktu kecil: menggeluti dunia hewan kaya Steve Irwin atau Rob Bradle. Bedanya, obsesi Rikho pada ikan. Kalau rekan-rekan buka instagram @rjerikho, bisa kita lihat pelbagai potret ikan, lengkap dengan nama ilmiah bahkan status IUCN nya, semua hasil mancing (maniamantap!!!) Rikho selama di waduk Gajah Mungkur, dekat rumahnya, atau perairan lain yang dia kunjungi. Meski tidak terikat pada institusi resmi, Rikho tetap berkarya bahkan berkontribusi menulis jurnal. Belakangan ini, dia baru saja selesai mengawetkan tulang ikan arapaima yang ramai ditangkap di sungai Brantas untuk diserahkan pada LIPI. Amajingggg!!! Oya monmaap yang opening ada noise tonggeret (cicada) dan jangkrik, sedang musim panassss, ramai sekali yang teriak minta kawin 🦗🦗
-
Wawe galau merasakan sisi humanis para infidel aktivis lingkungan. Ahahhahahahahahahhaah
-
Kamil dan Wawe ingin ngobrol santai berfaedah layaknya di warkop Ibu Balio jaman masih jadi Bogorian. Singkat cerita, mereka mendengar selentingan mengenai tumbuhan yang amajing manfaatnya, dari mempersingkat pendarahan hingga subtitusi narkotik bagi para pecandunya. Gak hanya itu, tumbuhan ini tersebar di Sumatera dan Kalimantan dan banyak di ekspor ke Amerika dan Eropa dengan harga yang lumayan tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat yg membudidayakannya. Demi mendengar ‘lebih’, Kamil dan Wawe nanya-nanya dan ngajak diskusi dua orang yang rasanya mumpuni buat ditanya tentang tumbuhan ini. Satu ‘botany enthusiast’, satunya lagi praktisi pemberdayaan masyarakat pembudidaya ‘tumbuhan yang dimaksud. Seperti obrolan warkop pada umumnya, yaaaaaaaaa tau kan gimana obrolan warkopppp?? Selamat mendengar lebih~!!
-
Kamila cuma tahu peran cacing sepotong kecil tanpa tahu betul apa yang terjadi pada tanah. Lalu ceramahlah Wawe, sang peneliti tanah, yang mengamini dan manggut-manggut bersyukur dengan hadirnya cacing sehingga tanah menjadi...............(denger sendiri). Meski begituuuu, kenapa di lahan gambut jarang sekali ditemukan cacingg??? Selamat mendengarkan!! Lima detik pertama akan membuatmu tercengang!!
-
Kamila tidak mau pengetahuan cacingnya lenyap meski sedikit memudar. Dia dan Wawek ngobrolin cacing dan tanah karena mereka tak terpisahkan bahkan dari ilmu yang dipelajari. Iyuuh.
-
Review film ‘Like Father Like Son’ (2013), merekonstruksi apa itu anak dan siapa itu ayah. Mind blowon.